Mengenal Orang-orang Makrifat

Mengenal Orang-orang Makrifat
imam ghazali rahasia shalat orang-orang makrifat
Mengenal Orang-orang Makrifat Lauhul Mahfudz - 20 October 2023, 16:19 WIB

Menurut Iman Ghazali, Makrifatullah adalah pengetahuan yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hati terhadap Dzat dan sifat Allah SWT.

Mengimani Dzat Allah berarti meyakini sungguh-sungguh kalau Allah itu wujud, Esa, Maha Agung, berdiri sendiri dan tak ada satupun makhluk yang menyerupainya, sedangkan mengimani sifatnya berarti meyakini bahwa Allah Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat dengan segala sifatnya.

Nabi Musa AS pingsan ketika melihat Dzat Allah, begitu juga dengan Rasulullah SAW saat Isra Mikraj tidak mampu menembus Dzat Allah karena ada hijab yang menghalangi.

Ketika Ali bin Abi Thalib dan Ja'far ash-Shidiq ditanya apakah engkau menyembah sesuatu yang kamu lihat atau tidak melihatnya? Tidak, aku menyembah Tuhan yang aku lihat, tetapi tidak dengan penglihatan mata, tetapi dengan penglihatan qalbu (hati) melalui hakikat keimanan.

Di dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan kita untuk memahami alam semesta yang luas, yang merupakan bukti ciptaan-Nya.

Kita diharapkan bisa mencapai tingkat ihsan, yang berarti segala hal yang kita lakukan dilihat dan diawasi oleh Allah, sehingga kita bisa khusuk dalam beribadah dan takut jika melakukan perbuatan dosa.

Misalnya ketika kita melihat api, kita juga bisa merasakan hangatnya api, sehingga kita akan selalu ingat kepada Allah setiap saat.

Hati orang yang bermakrifat dipenuhi cahaya, sehingga mampu memahami kebenaran dan dituntun kearah kebaikan. Apabila seseorang terlalu mencintai dunia (hubbudunya), maka cahaya itu akan semakin redup dan memudar sehingga menjadi gelap. Dan akan kembali terang ketika orang tersebut bermakrifat kepada Allah SWT.

Orang yang bermakrifat merasa ibadahnya belumlah seberapa jika dibandingkan dengan nikmat Tuhan yang dirasakannya. Mereka penuh harap dan penuh dengan keikhlasan dalam beribadah, semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan meraih kepentingan dunia.

Ketika melakukan aktivitas dunia seperti belajar dan bekerja, bukan semata-mata untuk memenuhi tuntunan nafsu duniawi, tetapi untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah SWT.